DENSITAS BATUAN DAN MINERAL
DENSITAS BATUAN DAN MINERAL
A. Batuan
1. Pengertian Batuan
Batuan adalah kumpulan atau agregat
dari mineral yang sudah dalam keadaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu
elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan
yang selanjutnya menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral,
sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan terdiri
dari satu mineral, namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau
lebih.
2. Jenis-jenis Batuan dan Klarifikasi batuan
Secara umum, batuan terbagi menjadi
tiga, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
a. Batuan
Beku (Igneous Rock)
Batuan beku adalah batuan yang
terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar yang dikenal dengan nama
magma. Batuan beku yang terjadi dibangun oleh mineral-mineral tertentu ataupun
oleh suatu matrik dari silikat. Mineral tersebut ukurannya berbeda-beda,
tergantung dari kecepatan pembekuannya.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan
berdasarkan tempat terbentuknya, warna, dan dari zat kimia penyusunnya.
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dibedakan
atas :
1) Batuan Beku
Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2) Batuan beku
Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentuk tidak jauh dari permukaan bumi.
3) Batuan beku
vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku
ada dua, yaitu :
1) mineral
mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotik,
2) mineral
felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya adalah
sebagai berikut :
1) Leucocratic
rock, kandungan mineral mafic < 30%.
2) Mesocratic
rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%.
3) Melanocratic
rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%. 4) Hypermalanic rock, kandungan
mineral mafic > 90%.
Berdasarkan zat kimia penyusunnya batuan beku disusun
oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral. Kemudian mineral tersebut
menyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari
senyawa oksidasinya, seperti SiO2, TiO2, AIO3, Fe2O3, MnO, CaO, Na2O, K2O, H2O,
P2O5. Dari prosentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa
lingkungan pembentukan mineral.
b. Batuan
Sedimen (Sediment Rock)
Batuan endapan atau batuan sedimen
adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku
dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama, yaitu
pelapukan batuan lain (clastic). Pengendapan (deposition) karena aktivitas
biogenic, dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Batuan sedimen ada yang
tersusun berlapis, tetapi ada juga yang tidak. Butiran sedimen itu bisa
berukuran macam-macam, dari halus sampai ukuran besar. Bahan batuan sedimen
bisa dari batuan beku, bisa dari batuan metamorf dan bisa juga dari batuan
sedimen sendiri. Pada batuan sedimen tidak terbentuk kristal.
Jenis batuan sedimen umum seperti
batukapur, batupasir, dan batulempung. Batuan sedimen meliputi 75% dari
permukaan bumi. Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir
penyusun batuan tersebut.
Penamaan tersebut adalah sebagai berikut :
· Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih
besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang bersudut.
·
Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membundar.
·
Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
antara 2 mm sampai 1/16 mm.
·
Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir
antara 1/16 mm sampai 1/256 mm. 5) Batu lempung adalah batuan sedimen dengan
ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm.
Klasifikasi Batuan Sedimen
Batuan sedimen dapat dikelompokkan
menjadi 5, yaitu :
1) Batuan
Sedimen Detritus Klastik
Batuan ini diendapkan dengan proses
mekanis. Terbagi dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran
besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses
pengendapan, baik yang terbentuk di lingkungan darat maupun di lingkungan air
laut.
2) Batuan
Sedimen Evaporit
Proses terbentuknya adalah pada air
yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya terbentuk di danau
atau lautan tertutup.
3) Batuan
Sedimen Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari
unsur-unsur organik, yaitu dari tumbuh- tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan
tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh lapisan yang tebal diatasnya,
sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan.
4) Batuan
Sedimen Silika
Batuan ini terdiri dari rijang
(chert), radiolarian dan tanah diatorn. Proses terbentuknya batuan ini adalah
gabungan antara proses organik, seperti radiolarian atau diatom dan proses
kimiawi untuk lebih menyempurnakannya.
5) Batuan
Sedimen Karbonat
Batuan ini sudah umum sekali
terbentuk dari kumpulan cangkan moluska alga, foraminifera atau lainnya yang
bercangkang kapur. Atau proses pengendapan yang merupakan rombakan batuan yang
terbentuk lebih dulu dan diendapkan disuatu tempat.
Berdasarkan genetisnya, batuan sedimen dapat
dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Batuan
Sedimen Klasik
Batuan yang terbentuk dari
pengendapan kembali datritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa
batuan beku, metamorf, dan sedimen. Fragmentasi dimulai dari pelapukan mekanis
maupun kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, kemudian mengalami diagenesa,
yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah di
dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi terjadi. Litifikasi
merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.
2) Batuan
Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari
hasil kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang
dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik. Contoh Batuan Sedimen
Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan
tersebut. Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batulanau,
batulempung, stalaktit dan stalakmit, moraine.
c. Batuan
Metamorf (Metamorphic Rock)
Batuan Metamorf merupakan batuan
yang berasal dari suatu batuan asal yang mengalami perubahan tekstur dan
komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika
(tekanan, temperatur, tekanan dan temperatur). Metamorfosa adalah proses
rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3-20 km) yang keseluruhannya atau
sebagai besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fase cair,
sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru akibat dari pengaruh Temperatur
(T=350oC – 1200oC), Tekanan (Pressure = 1-10000 bar/ 0,9869 atm) dan cairan
panas.
Tipe-tipe metamorfosa dibagi dua, yaitu :
1) Metamorfosa Lokal
· a. Kontak/ Thermal, terjadi di intrusi magma, biasanya
memiliki suhu 600oC – 800oC dan tekanan 300 MPA.
· b. Kaustik, terjadi akibat adanya intrusi magma yang lemah.
Pada proses ini aliran magma menerobos membelah lapisan (Dike) dan aliran
mengikuti batas Lapisan (Silk).
·
c. Kataklastik, terjadi akibat deformasi. metamorf karena
adanya panas akibat gesekan. dengan diatas, tetapi lapisan disekitarnya memecah
dan meledak.
·
d. Hidrotermal, terjadi karena adanya larutan panas pada
waktu terjadi instrusi magma, patahan (gesekan), panas intibumi.
2) Metamorfosa Regional
·
a. Dinamotermal, terbentuk pada zona subduction dan
terjadi pada pembentukan gunung.
b. Burial (timbunan), terjadi pada lapisan bawah suatu
lapisan sediment, terbentuk karena tekanan yang besar dari lapisan di atasnya.
Proses Terjadinya Batuan Metamorfosa
Proses metamorfosa/ malihan terjadi
karena adanya perubahan kumpulan mineral dan tekstur batuan, dan dibedakan
dengan proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses
perubahan. Faktor utama dalam proses
perubahan ini adalah perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 2000C
dan 300 Mpa, dan dalam keadaan padat. Proses metamorfosa adalah perubahan
kumpulan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) pada (solid state)
pada suhu diatas 200oC dan tekanan 300 Mpa.
Jenis-jenis Metamorfisme
1) Metamorfisme
Kataklistik (Cataclastic metamorphism), metamorfisme yang terjadi karena
pengaruh deformasi mekanik dan tidak disertai dengan rekristalisasi kimia.
2) Metamorfisme
Kontak (Contact Metamorphism), metamorfisme yang terjadi akibat intrusi tubuh
magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Proses rekristalisasi
kimia memegang peran penting, karena pengaruh dari kenaikan suhu.
3) Metamorfisme
Timbunan (Burial metamorphism), proses sedimentasi yang terjadi pada cekungan
dalam dan memiliki kandungan H2O yang cukup, maka akan menghasilkan himpunan
kimia baru dari hasil rekristalisasi kimia.
4) Metamorfisme
Regional, pada umumnya dijumpai pada kerak benua dengan penyebaran yang sangat luas, sampai puluhan
ribu kilometer persegi, dibentuk oleh proses metamorfisme regional. Proses ini
melibatkan deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia.
B. Mineral
1. Definisi Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan
padat anorganik yang terdapat secara alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi
dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti
suatu pola yang sistematis. Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya. Kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur.
2. Karakteristik Mineral
Terdapat dua cara untuk dapat
mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan melakukan analisis secara
kimiawi, dan yang kedua yang paling umum dilakukan adalah dengan cara mengenali
sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisik mineral antara lain bentuk kristalnya,
berat jenis, bidang belah, warna, goresan, kilap, dan kekerasan.
a.
Bentuk kristal (crystall form) Pembentukan kristal
suatu mineral tergantung pada ada atau tidaknya hambatan. Contohnya suatu
cairan panas terdiri dari unsur-unsur Natrium dan Chlorit. Bentuk-bentuk
kristal: Prismatik, Orthorombik, Kubus, Tetrahedral, Heksagonal, Trigonal dll.
b.
Berat jenis (specific gravity). Berat jenis setiap
mineral ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan ikatan
unsur-unsur dalam susunan kristalnya.
c.
Bidang belah (fracture). Mineral mempunyai
kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu
yang ditentukan susunan dalam atom-atomnya, yang merupakan bidang lemah suatu
mineral.
d.
Warna (color). Meskipun warna bukan menjadi ciri utama
untuk membedakan antar mineral, namun terdapat warna-warna khas untuk
mengetahui unsur tertentu di dalamnya. Contohnya warna gelap mengindikasikan
adanya unsur besi, sedangkan warna terang mengindikasikan kandungan aluminium.
e.
Goresan pada bidang (streak) Beberapa jenis mineral
mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrite yang
terlihat jelas dan khas.
f.
Kilap (luster) Kenampakan atau kualitas pantulan
cahaya dari permukaan suatu mineral. Ada 2 jenis kilap, yaitu kilap Logam dan
Non-logam.
g.
Kekerasan (hardness) Kekerasan yaitu sifat resistensi
dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi atau mudah tergores.
Kekerasan bersifat relatif, maksudnya jika mineral saling digoreskan dengan
yang lain maka mineral yang tergores relatif lebih lunak dibanding lawannya.
Skala kekerasan mineral dari yang terlunak (skala 1) hingga terkeras (skala 10)
diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.
3. Jenis-jenis Mineral
Berdasarkan senyawa kimianya,
mineral dikelompokkan menjadi mineral Silikat dan Non-silikat. Dari 2000 jenis
mineral yang dikenal, hanya beberapa yang terlibat dalam pembentukan batuan.
Mineral-mineral tersebut dinamakan Mineral Pembentuk Batuan atau Rock Forming
Minerals, yang merupakan penyusun utama batuan kerak dan mantel Bumi. Mineral
pembentuk batuan dikelompokkan menjadi empat yaitu Silikat, Oksida, Sulfida,
Sulfat dan Karbonat.
1) Mineral
Silikat. Sembilan puluh persen mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok
ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Silikat pembentuk batuan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok ferromagnesium (umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat
jenis yang besar) dan non-ferromagnesium
(umumnya mempunyai warna terang).
2) Mineral
Oksida. Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3),
hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
3) Mineral
Sulfida. Mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal). Pembentukan mineral kelas ini pada
umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur
yang tinggi. Beberapa contoh mineral sulfida yang terkenal adalah pirit (FeS2),
Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2). Dan
termasuk juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,
bismuthinides dan juga sulfosalt.
4) Mineral
Sulfat. Mineral Sulfat adalah kelompok mineral yang memiliki ciri khas komposisi
kimia berkation sulfur yang berikatan dengan 4 anion oksigen membentuk (SO4)2-
yang berkombinasi dengan logam atau semi-logam membentuk mineral sulfat.
Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan)
yang tinggi kadar airnya, Contoh-contoh mineral yang termasuk kelompok sulfat
antara lain Anhydrite (CaSO4), Celestite (SrSO4), Barit (BaSO4), Anglesit
(PbSO4), Alunit, Gysum (CaSO4.2H2O) Kelompok mineral ini mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan manusia.
5) Mineral Karbonat. Mineral Karbonat adalah kelompok
mineral yang memiliki komposisi anion berupa (CO3)2- yang berikatan dengan
kation berupa unsur logam maupun semi- logam, merupakan mineral penyusun utama
batugamping dan dolostone. Mineral-mineral yang termasuk kelompok mineral
karbonat antara lain Kalsit (CaCO3), Dolomit (CaMg(CO3)2), dan Aragonit
(CaCO3).
C. Hubungan Densitas dengan Jenis Batuan
Densitas merupakan perbandingan antara massa dan volume batuan. Densitas
menentukan seberapa besar kekuatan yang digunakan untuk menghancurkan batuan.
Beberapa contoh densitas antara lain batuserpih 2750 kg/m3, granit
2650 kg/m3, batupasir 2200 kg/m3, basalt 2650 kg/m3,
marmer 2700 kg/m3, batugamping 2450 kg/m3, dll. Unit
weight hampir sama dengan density, dimana semakin besar Unit Weight maka batuan
akan semakin kuat.
Sifat fisis suatu benda yaitu densitas
didefinisikan sebagai masa persatuan volume. Bahan yang homogen seperti besi,
aluminium, batuan memiliki densitas yang sama tiap bagiannya. Jika sebuah bahan
yang materialnya homogen bermasa m dan memiliki volume V, maka densitasnya
adalah:
ρ=
m/V
Densitas batuan adalah berat jenis dari batuan yang dinyatakan dalam pound
per cubic feet atau kilonewton per cubic meter. Specific gravity suatu padatan
(SG) adalah perbandingan densitas padatan dengan densitas air, yang
diperkirakan mendekati 1 gram-force/cm3 (9.8 kN/m3 atau 0.01 MN/m3). Metode
pengukuran densitas terbagi menjadi dua cara, yaitu :
1)
Penentuan densitas di laboratorium.
Densitas dibedakan menjadi 3, yaitu : bobot isi asli (natural density), bobot
isi kering (dry density) dan bobot isi jenuh (saturated density).
2)
Penentuan densitas dengan log
sumuran.
Cara menentukan densitas batuan dari pembacaan log densitas adalah dengan
menganalisis defleksi kurva pada log densitas dalam satuan gr/cc. Dari defleksi
kurva pada log densitas itu dapat diketahui besarnya bulk density masing-masing
batuan.
Massa jenis atau densitas (density)
suatu batuan secara harfiah merupakan perbandingan antara massa dengan volume
total pada batuan tersebut. Secara sederhana, suatu batuan memiliki dua
komponen, komponen padatan dan komponen rongga (pori). Keberadaan komponen
padatan maupun komponen rongga mempunyai nilai yang beragam pada tiap-tiap
batuan sehingga massa jenis pada setiap jenis batuan itu berbeda.
Pengaruh komponen padatan
terhadap densitas batuan.
Komponen padatan yang terdapat pada
batuan juga dapat memiliki massa jenis yang berbeda-beda juga. Massa jenis ini
dikenal dengan istilah densitas matriks, yang dapat dirumuskan melalui rumus
seperti demikian:
ρm= m/V
Hubungan
antara densitas dan porositas bahwa semakin besar densitas dari suatu batuan maka
porositasnya akan semakin kecil. hal ini dikarenakan jenis batuan dengan
densitas besar berarti memiliki kerapatan yang besar. Karena semakin rapat batu
tersebut maka pori-pori yang berada pada batu akan semakin sedikit.
Hubungan densitas dengan jenis
batuan yaitu semakin besar densitas suatu batuan
(serta batuan dalam keadaan segar), maka batuan itu akan semakin kuat dan juga
sebaliknya.
Sebaran densitas
secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air.
Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and
Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terlihat adanya
hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana
ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin
yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya silinitas,
tekanan atau kedalama, dam menurunya suhu.
SEKIAN SEMOGA BERMANFAAT :)
terima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapus